73 posts
Seljalandsfoss
Isaiah 26:3 You will keep in perfect peace him whose mind is steadfast, because he trusts in you.
"Semoga kamu gak lelah jadi orang baik. Dengan segala luka dan kecewa yang sedang tertimbun dalam dirimu, semoga tak menjadikannya sebagai alasan kamu berubah dan menuntut orang-orang agar memahami situasimu."
@terusberanjak
freshet...
Taco night
(alt: Video render of Isoxys minor, Middle cambrian bivalved arthropods shown here in orange with a dark aquarium background
Isoxys has a taco shaped carapace enveloping it's entire body like a copepod, the open part of the 'taco' pointing down, its segmented body is completely hidden inside the 'taco' with tiny swimming legs reminiscent of those found in Triops, barely visible poking out of it. and two front appendages that look somewhat like an anomalocaris' claws but pointing up although they are not closely related to anomalocaris. It also has two eyes visible on the front, poking out of the carapace
Tl;Dr a swimming taco with segmented 'tusks' on the front and shrimp like legs poking out the bottom.
The video depicts them flitting around the aquarium from a close-up view with a short focus distance since they are typically only 1 cm long)
Happy St.Patrick’s Day!
Terkadang kita perlu tahu beberapa hal. Ada yang membahagiakan orang lain dengan kata-kata ( lip service ) ada juga yang memang secara look masih muda.
Langit tak perlu menjelaskan bahwa dirinya tinggi, laut tak perlu mengabarkan bahwa dirinya dalam. Maka harus tau dirilah bagaimana menempatkan.
Kupikir di level kesadaran yang lebih tinggi, itu sudah tidak ada yang namanya 'habluminannas', atau 'hablumina-elemen' (aku gak tau 'elemen' bahasa Arabnya apa), adanya hanya 'habluminallah'.
Ketika kita menyakiti manusia, artinya kita menyakiti hamba Allah.
Kita menyakiti hewan, kita menyakiti ciptaan Allah.
Kita berbuat baik pada manusia, karena itu adalah perintah Allah.
Ketika manusia menyakiti kita, artinya Allah sedang mendidik kita melalui dia.
Tidak ada sesuatu pun di dunia ini kecuali aku (sebagai hamba) dan Allah (sebagai tuhan).
Kupikir itu makna "Laa ilaaha ilallah".
Tidak ada apa pun di dunia ini kecuali Allah. Bahkan jasadku sendiri pun milik Allah. (artinya, jika aku berbuat jahat pada jasadku: males mandi, males olahraga, makan sembarangan, maka sama saja aku sudah dzalim pada ciptaan Allah)
Dan kupikir, itu juga yang menyebabkan kenapa Iblis tidak mau sujud kepada Adam. Karena Iblis masih memegang prinsip 'hablumina-elemen'.
Dia api sementara Adam tanah, untuk apa dia sujud kepada tanah?
Iblis hanya fokus pada elemennya, dia sama sekali tidak melihat siapa yang memerintah dia. Iblis tidak benar-benar memahami hakikat "laa ilaha ilallah".
Dulu aku selalu bertanya-tanya, kenapa orang-orang yang menyakitiku hidupnya tenang-tenang aja? Sementara aku kalau punya salah justru malah suka kepikiran?
Tapi jawabannya ada 2 kemungkinan:
Dia sudah minta ampun atas kesalahannya pada Allah, dan Allah sudah mengampuni dia, dan menurunkan ketenangan pada hatinya.
Allah sengaja menyesatkan dia, sehingga dia tidak merasa punya salah dan memandang indah perbuatannya.
Untuk yang pertama, berarti aku yang dzalim karena terus menerus meminta validasi bahwa aku telah disakiti oleh orang yang sudah Allah ampuni.
Sementara untuk yang kedua, itu udah gak bisa ditolong. Gimana kita mau menyadarkan orang yang memang sudah disesatkan Allah? Sedang dia sendiri selalu memandang indah perbuatannya?
Maka, benar sih, kita sama sekali gak punya kendali atas manusia lain. Habluminannas itu hanya ilusi. Justru yang nyata ada hanya Habluminallah.
Kalau di filsafat, ada yang namanya 'Stoicisme', yang intinya kita hanya harus fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Tapi menurutku, falsafah "Laa ilaaha ilallah" itu jauh lebih baik dari stoicisme. Hanya kebanyakan orang belum tahu aja maknanya.
Habluminannas adalah ide yang buruk.
Mereka membesar-besarkan dosa pada manusia, dan mengecilkan dosa pada Allah.
Padahal dosa kepada manusia adalah dosa kepada Allah juga. Dan cukuplah Allah kelak menjadi hakim yang paling adil di antara orang-orang yang bersengketa.
Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap Tuhan, siapakah yang menjadi perantara baginya?” Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab Tuhan hendak mematikan mereka. (Taurat, Kitab 1 Nabi Samuel 2:25)
Benar kata Imam Eli dalam Taurat, "Jika seseorang berdosa terhadap Tuhan, siapa yang akan jadi perantara baginya?"
Tidak ada.
Bahkan syafaat para nabi dan para malaikat pun tidak akan berguna jika Tuhan tidak mengizinkannya.
Mau tak mau, kita harus datang sendiri pada Tuhan.
Tapi bagaimana kita akan datang pada-Nya jika Dia tidak ingin melihat kita? Bagaimana kita akan datang pada-Nya, jika Dia telah mematikan hati kita?
Bagaimana kita akan datang pada-Nya, sedang kita memandang baik semua perbuatan kita? Merasa diri kita suci dari dosa? Dan malah balik menuduh orang lain yang berdosa pada kita?
Bagaimana kita bisa "merasa" punya salah, jika Allah sudah berkehendak untuk "mengunci mati" hati kita?
Benarlah kabar dalam surat Al-Kahfi,
Katakanlah, “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”
Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (Q.S. 18: 103-104)
Hidup ini ribet jika 'habluminallah' kita kurang baik.
Hidup ini akan ruwet jika kita masih memegang prinsip 'habluminannas', sebagaimana ruwetnya iblis yang masih memegang prinsip 'hablumina-elemen', hingga membuatnya terusir dari Surga yang penuh kedamaian.
Karena, ketika seseorang memisahkan antara "habluminallah" dan "habluminannas", sejatinya mereka sedang mengajarkan kita untuk mempersekutukan Allah dengan manusia. Sebagaimana iblis yang mempersekutukan Allah dengan unsur elemen penciptaan dirinya. Itu sebabnya dia terusir dari rahmat Allah.
Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). (Q.S Yusuf: 106)
“Allah tahu kapan waktu terbaiknya. Allah lebih tau.”
Jadi inget salah satu kutipan nasihat dari Ustadz Nuzul Dzkiri bahwa skill yang perlu dimiliki oleh seorang hamba adalah menunggu pertolongan Allah.
Ya, kadang kita tuh ga sabaran. Kita pengen cepetan padahal Allah lebih tau waktu yang tepat. Maka menunggu pertolongan Allah itu adalah hal yang perlu kita latih sebagai seorang hamba yang tak berdaya. Menunggu yang bukan sekadar berdiam diri. Tapi menunggu dengan ikhtiar yang sabar. Ikhtiar yang ikhlas semata-mata karena Allah.
Ceritanya aku haid lagi pagi ini. Tepat ketika hendak sholat tahajjud. Air mataku sudah siap tumpah saat itu. Tapi suami menyambut dengan senyuman terbaiknya seraya berkata dengan lembut,”Ingat ay, jangan sedih. Kan ini semua dari Allah.”
Aku tersenyum. Mencoba menutupi kesedihan karena harusnya aku bersyukur memiliki sosok yang mendukungku dalam setiap keadaan. Tapi tetap saja ada air mata yang lolos untuk jatuh. Buru-buru aku menyelimuti diri dengan selimut agar tangisan itu tak nampak olehnya.
Ya Rabbbi, kami berprasangka baik bahwa Engkau sedang persiapkan hadiah terbaik untuk kami. Mungkin Allah sedang menata kondisi kami agar siap menjadi orangtua terbaik. Dan kami yakin, ini adalah jalan takdir terbaik dari Allah.
Bisa jadi belum sekarang karena Allah ingin kami beramal pada ladang pahala yang lain. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi Allah tahu semuanya.
“Nak, Umma dan Abuyya sudah ingin bertemu. Tapi Allah minta kami menunggu. Husnudzonnya Allah sedang siapkan kondisi terbaik kami sebelum bertemu denganmu, nak. Semoga di saat waktunya tiba kita bertemu dalam sebaik-baik keadaan dan juga iman. Agar kami bisa menjadi ladang pahala untukmu dan kamu menjadi ladang pahala juga untuk kami. Semoga kami menjadi hamba Allah yang sabar menunggu pertolongan Allah ya, nak. Semoga bisa berkumpul di dunia sebelum kembali bersama di surga Allah.”
Sambil menahan nyeri Haid || Sabtu, 29 Juli 2024 || Semangat wahai diri~