🍂🍁🤗
KATA AL QUR'AN TENTANG USIA
1. Semakin bertambah usia semakin lemah tangan menggenggam... karena Allaah sedang mendidik kita agar melepaskan cinta dunia.
(Qs. Hud: 15-16)
2. Semakin bertambah usia semakin kabur mata kita... karena Allaah sedang mencerahkan mata hati untuk melihat Akhirat.
(Qs. Al Isra: 72)
3. Semakin bertambah usia semakin sensitif perasaan kita... karena Allaah sedang mengajarkan bahwa pautan hati dengan makhluk senantiasa menghampakan, namun hati yang berpaut kepada Allaah tiada pernah mengecewakan. (Qs. Al Lukman: 22)
4. Semakin bertambah usia semakin gugur gigi-gigi kita... karena Allaah sedang mengingatkan bahwa suatu hari kita akan gugur kedalam tanah selamanya.
(Qs. Ali Imran: 145)
5. Semakin bertambah usia semakin ditarik nikmat kekuatan tulang dan sendi kita... karena Allaah sedang mengingatkan bahwa tak lama lagi nyawanya akan di ambil.
(Qs. An Nisa: 78)
6. Semakin bertambah usia semakin putih rambut kita... karena Allaah sedang ingatkan kain kafan yang putih.
(Qs. Ali Imran: 185)
7. Begitu juga hati kita... semakin bertambah usia semakin sepi dan ingin bersendirian, karena Allaah sedang mendidik kita untuk melepaskan cinta manusia dan dunia.
(Qs. Al-An'am: 32)
Barrakallahu fiikum
Kamu tahu apa yang paling melelahkan di dunia ini? Benar, berusaha mewujudkan ekspektasi semua orang dan berusaha disukai oleh setiap mata manusia. Keduanya sangat melelahkan dan merupakan sebuah keletihan yang tiada ujungnya, sampai kamu mati.
Jadilah seorang yang baik, meski tetap akan ada yang membencimu. Jadilah seorang yang jujur dan amanah, meski tetap ada yang tidak suka padamu.
@jndmmsyhd
"Ada waktu menyendiri yang begitu indah, dimana engkau tidak bermaksud membenci siapapun, atau berhenti untuk mencintai, engkau juga tidak bermaksud menjauhi siapapun, engkau hanya ingin lebih dekat dan memahami dirimu sendiri.'
Ada saat-saat dimana kesunyian dan kesendirian adalah waktu yang teramat indah. Waktu dimana semua poros pikiran, perasaan dan raga yang kamu miliki hanya berfokus untukmu, hanya dirimu seorang. Dan disaat itu, perlahan kamu mengenali dan memahami dirimu kembali.
Adakalanya, waktu yang demikian itu memang tercipta bukan tanpa sebab, melainkan hadir karena suatu keadaan yang mendorong bahkan memaksamu untuk berada dalam posisi itu. Mungkin akibat dikecewakan, kehilangan, atau bahkan ditinggalkan. Ataupun, jika tanpa sebab sekalipun, juga tidak apa jika kamu memilih melakukan itu.
Sekali lagi, tidak apa jika akhirnya kamu memilih untuk mengasingkan diri sejenak. Bukan bermaksud untuk menjauh dari keramaian, atau merasa kalah akan keadaan, hanya saja kamu memang membutuhkannya agar lebih dapat kenal dan dekat dengan dirimu sendiri.
Di masa-masa yang hening itu, coba untuk lebih mengenal siapa dirimu, berkontemplasi atas apa saja yang terjadi, kemudian mengambil hikmah sebanyak-banyaknya dan mendefinisikan ulang atas apa sejatinya yang kamu cari di dalam hidup ini.
Jika kamu masih memiliki kesempatan untuk hidup, maka rawat dan cintailah itu dengan tidak memilih menyerah dan pasrah akan keadaan. Yakinlah, bahwa Tuhan selalu membersamaimu.
Floating through the water, with flowing moss beneath and a majestic waterfall in the background 😌
"Ya Allah, aku sudah menganggap baik seluruh takdir yang engkau berikan padaku, maka aku mohon sembuhkanlah dan perbaikilah hidupku"
Puncak tertinggi dari hati yang bersih adalah menyerahkan segalanya bahkan masa depannya pada Ilahi.
Tanpa tapi.
Tidak mudah melatih husnudzon dan prasangka baik pada Allah itu, mungkin bagi mereka yang Allah hujani dengan kenikmatan akan mudah untuk melakukannya, tapi tidak mudah bagi mereka yang Allah berikan gerimis bahkan hujan ujian. Soal pasangan, keluarga, pekerjaan, keadaan sosial, ekonomi dan semua hal yang barangkali menyesakkan dada, seakan Allah tidak mencintainya. Padahal, tidak selalu yang Allah hujani dengan kenikmatan itu berarti Allah suka padanya. Dan tidak pasti juga yang hari ini Allah berikan ujian bertubi-tubi menandakan Allah membencinya. Semua ada takaran dan tolok ukurnya, dan pada ujungnya, semua yang bisa mendekatkan diri pada Allah adalah kenikmatan, entah ujian atau nikmat yang datang. Aku pun sama denganmu, masih tertatih untuk bisa selalu mengedepankan prasangka baik. Semoga Allah berikan kita hati yang seluas samudera perihal takdir ini, Allah berikan selimut sabar atas dinginnya ujian. Sebab surga tidak pernah murah.
@jndmmsyhd
Yang namanya bismillah dan bismirabbika itu bukan lagi sekadar melibatkan, tapi bergeraknya sudah atas nama.
Kita tidak membawa kehendak diri lalu kemudian meminta Allah turun tangan untuk memudahkan, tetapi kita (dengan bangga dan bertanggung jawab) memposisikan diri sebagai petugas, perpanjangan kehendak-Nya untuk melakukan hal-hal yang Dia ridhai.
Artinya kita menggunakan resource dan tools di dalam dan luar diri sebagai fasilitas dalam ketugasan tersebut.
"Ya Allah, hari ini aku pinjam ya mata dan telinganya untuk mengambil input yang dibutuhkan. Ya Allah, hatinya izin kupakai untuk memproses inputan itu ya. Ya Allah, tubuh, lisan, dan tangan ini, izin kupakai untuk bergerak dan berbicara menyebarkan cahaya-Mu ya!"
Betapa tenangnya bergerak "atas nama" sebab Dia akan menanggungjawabi hasil akhirnya. Kita hanya perlu menjalankan tugas sebaik mungkin (ahsanu amala), dengan sepenuh hati (wholeheartedly) dan segenap kemampuan (istitho'ah), tanpa terbebani oleh kegagalan atau kesempurnaan menurut ukuran dunia.
Ketika bergerak atas nama-Nya, kita tidak lagi terjebak pada ketakutan akan kekurangan diri, sebab yang bertindak bukan hanya kita, melainkan Dia melalui kita. Kita hanyalah sarana, alat dalam orkestrasi besar yang sudah diatur-Nya dengan presisi.
Diterima atau tidaknya usaha kita, itu urusan Dia. Apakah hasilnya sesuai harapan atau tidak, itu kehendak-Nya. Yang terpenting adalah willingness dan effort kita, sejauh mana kita menyerahkan diri pada misi yang Dia titipkan.
Bukankah di situ letak indahnya tawakal? Menjadi hamba yang yakin bahwa ketika kita berjalan menempuh ikhtiar dengan membawa gagasan-gagasan langit, Dia pula yang akan membuka jalur-jalur langit sebagai pertolongan berlapis-lapis. Karena itu, kita tidak perlu ragu, tidak perlu takut salah, sebab tugas kita hanya satu: menjadi sebaik-baiknya pelaksana, seikhlas-ikhlasnya hamba, dengan sepenuh-penuhnya keyakinan.
— Giza, pada akhirnya, semua kembali kepada-Nya, sebab kita memang hanyalah milik-Nya.
Beautiful ❤️🌒🌑🎑