Ah jadi pengen kerja di NASA! Impian masalalu :')
Dusty Nebulae in Taurus This complex of dusty nebulae linger along the edge of the Taurus molecular cloud, a mere 450 light-years distant. Stars are forming on the cosmic scene, including extremely youthful star RY Tauri prominent toward the upper left of the 1.5 degree wide telescopic field. In fact RY Tauri is a pre-main sequence star, embedded in its natal cloud of gas and dust, also catalogued as reflection nebula vdB 27. Highly variable, the star is still relatively cool and in the late phases of gravitational collapse. It will soon become a stable, low mass, main sequence star, a stage of stellar evolution achieved by our Sun some 4.5 billion years ago. Another pre-main sequence star, V1023 Tauri, can be spotted below and right, embedded in its yellowish dust cloud adjacent to the striking blue reflection nebula Ced 30. Image Credit & Copyright: Bob Franke
Manusia memang pandai bermelankoli Menciptakan dramatisasi tentang betapa rupa hidupnya yang boleh jadi bangga akan sebuah ketepurukan lalu kebangkitan Hipokritis dan suka berteori dengan egosentris yang meletup
Ada masanya atau memang akan sering terjadi bahwa manusia bergelimpang kecerdasan tapi tak tercerdaskan Filsafat dianggap dewa dan tak jarang dinafikan padahal ia adalah adhesi dari semua elemen yang dijalani Kalau ia menjadi agung, lalu bukankah tindak seringnya tak akan diimbangi dengan akal? Pantas saja.
Tidak hanya nawalapradata yang harus dibalut oleh filsafat kelas tinggi Bahkan manusia yang mengenal sistem kasta pada kondisi terendah pun bukan kah bijaknya membawa nafas filsafat untuk menjaga harga dirinya? Tepian ilmu tidak hanya dari Teori René Descartes Cukup akal disertai pikir yang dianugerahkan Tuhan untuk menyertai kebijakan
Bukan kah itu yang selalu diagungkan manusia sejak penciptaan pertama?
Pantai is a good way to see sunset -
Yang begini perlu kalau amit-amit akan menghadapi quarter life crisis (aku kecepetan) semoga ngga semakin buruk dengan managemen yang baik.
Disaat semuanya menjadi semakin kacau. Lalu siapa yang harua bertanggung jawab atas ini semua? Penghambaan diri yang terlalu parah menjadi penderitaan tak berkesudahan. Entah bagaimana lagi ini cara memulai atau mengakhirinya. Memulai hal yang baru. Mengakhiri semuanya.
Masa muda menjadi seperti ini. Lingkungan yang benar-benar tak mampu diungkapkan kekacauannya. Tak ada sama sekali semangat untuk berjuang. Semangat untuk apapun. Gerak untuk menjadi apasaja. Selain diriku yang sekarang.
I believe in the religion of Islam. I believe in Allah and peace. I believe in the religion of Islam. I believe in Allah and peace.
Mohammad Ali
:')
Memikirkan tentang berlalunya kenikmatan umur. Berkhayal tentang hal yang tidak jelas pertanggung jawabannya di masa depan. Angan-angan, kenapa itu begitu mudah menelusup. Bukan impian, hanya bayang-bayang. Oh sungguh ini adalag suatu kesia-siaan yang nyata.
Akhirnya kembali ke tanah rantau. Dengan sesak hati dilepas Ibu, adik dan saudara. Sebuah kecupan manis dari Ibu semakin meluluhlantakkan pertahanan yang coba di bangun. Tapi bagaimanapun, beliau harus tegar karena putrinya bukan pergi untuk hal yang sia-sia. Tapi untuk hal yang apa-apa. Insyaallah.
Kembali ke Bogor di temani ayah super hebat. Karena alasan mau pindah kos beliau memutuskan untuk ikut. Selalu begitu. Alasan sederhana menjadi hal yang sangat krusial saat itu menyangkut buah hatinya.
Astaga aku bukan tak ingat sesuatu. Aku sangat ingat dan bahkan sangat menentang. Iya, aku menentang ayahku mengantarku ke Bogor. Aku bisa mengatasinya sendiri. Pindah kos itu soal yang tak terlalu sulit. Tapi kembali lagi, kecintaan yang amat sangat pada putrinya, beliau rela melawan rasa sakitnya. Ya, beliau sedang sakit. Sakita yang sudah beberapa hari ini membuat beliau sedikit ringkih dan berkali mengucap istighfar saat nyeri itu mendera. Sakit yang membuat beliau memutuskan cuti lebih awal dan 3 hari berbaring di rumah. Ya, sakit tulang yang begitu membuatnya kesakitan.
Sakit yang dulu pernah di uji-kan padanya kini kembali harus dijalani. Dulu kaki kiri sekarang kaki kanan. Ringkih gerak membuatku semakin sesak. Sungguh, aku memaksa beliau agar tak memaksakan diri. Tapi, sungguh aku tak kuasa.
Akhirnya keberangkatan pada hari Sabtu malam, 23 Agustus 2013 sekitar pukul 20.30 WIB. Perjalanan menumpang mobil kakak, mobil pribadi kapasitas 8 orang. Dan di dalam mobil tersebut cukup sesak dengan 9 orang. Sebenarnya tidak sesesak itu, tetapi karena barang bawaan yang banyak membuat sesak.
Banyak ujian pada saat di dalam mobil. Posisi duduk yang sangat tidak nyaman karena banyaknya barang pasti membuat beliau makin kesakitan. Perlawanan rasa sakit tersebut dilawan dengan tidur yang tak begitu nyenyak sepanjang jalan.
Akhirnya sampai sekitar pukul 12.30 WIB. Perjalanan yang cukup melelahkan. Kemudian istirahat membuat kami lupa waktu. Setelah bangun, akhirnya kami pulang ke rumah kontrakanku dan mandi. Setelah itu menggelar kasur di depan televisi dan bersiap tidur.
Selama tidur, tak urung ku dengarkan beliau mendesis kesakitan. Itu lebih dari sebuah tusukan bagiku. Berubah-ubah posisi cukup membuktikan bahwa beliau masih sangat kesakitan. Pukul 3.30 beliau terbangun dan melaksanakan ritual malam yang rutin beliau lakukan, menghadap Sang Khalik dalam sujud. Setelah itu beliau melanjutkan tidur dan cukup pulas sepertinya. Membuatku sedikit lega.
Pagi harinya ternyata sakit itu masih terasa mendera. Akhirnya setelah beliau Shalat Duha, kami menuju kos baru untuk melihat kondisi dan mengambil kunci. Setelah itu kami pergi ke Lapas Cibinong untuk mengambil motor Kakak.
Ah, sepanjang perjalanan itu membuagku melayang pada ingatan lalu. Mengingat aku sudah disini selama kurang lebih setahun. Tapi sayangnya pergi pulang kampung selama sebulan tak begitu membuatku merindukan kota ini. Aku merasakan bahwa kota ini semakin gersang. Siang hari dengan panas yang sangat menyengat. Sungguh kontras dengan sebutan Kota Hujan yang hingga sekarang masih di sandang. Pembangunan flyover yang tak kunjung selesai membuat suasana semakin gerah. Idealisme sebagai mahasiswa konservasi sedikit terusik melihat kota yang tenggelam dalam beton ini. Oh, sungguh panas. Celetukkan ayahku mengenai Pasar yang berada di pinggir jalan raya. Pasar bernama Ciluar yang diplesetkan Ciruwet -_-"
Kemudian siang hari saat kembali ke kontrakan, kami makan siang di dekat Pasar Ciluar yang sebagian besar sudah dibongkar. Entah untuk apa. Semoga bukan untuk gossip yang sudah kudengar. Setelah sampai kontrakan aku dan ayah bersantai menonton televisi dan istirahat dari panas yang mendera.
Sore hari yang sebenarnya di rencanakan untuk pindahan barang terpaksa harus ditunda. Ini alasan yang sangat apa-apa. Aku dengan tegas menolaknya saat ayah mengingatkan untuk segera berkemas. Ayahku kesakitan saat bangun tidur dan hanya terduduk lemas. Astaghfirullah, itu membuatku sangat sesak. Sungguh sesak.
Ayah, perjuanganmu untuk putrimu. Kenapa harus sebegitu besarnya? Egoku pun tak membuatmu untuk berfikir dua kali walaupun untuk alasan yang sederhana. Semoga sakitmu segera reda, Yah. Semoga ujian ini segera berlalu dan engkau dapat melewatinya dengan gemilang. Semoga kesehatan menjadi nikmat yang selalu kau sandang. Dan doakan aku untuk tetap beristiqomah menjalankan apa yang engkau nasehatkan :') Aku mencintaimu karena Allah, Ayah.
Human behavior flows from three main source : desire, emotion, and knowledge. The only true wisdom is in knowing you know nothing-
233 posts