Pada akhirnya orang-orang yang jatuh cinta akan kembali kepada Tuhan,
dia mencari sebab mengapa dia jatuh cinta
dan mencari cara untuk menyelamatkan cintanya
Pada akhirnya orang-orang yang jatuh cinta akan duduk manis memikirkan Tuhan,
merendah-rendah diri meminta kepada Tuhan
Lalu...
😢😢😢
Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum meninggal
Rasulullah SAW telah jatuh sakit agak lama, sehingga kondisi. beliau sangat lemah.
Pada suatu hari Rasulullah SAW meminta Bilal memanggil semua sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dengan para sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendapat taushiyah dari Rasulullah SAW.
Beliau duduk dengan lemah di atas mimbar. Wajahnya terlihat pucat, menahan sakit yang tengah dideritanya.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Wahai sahabat2 ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu2nya Tuhan yang layak di sembah?”
Semua sahabat menjawab dengan suara bersemangat, “ Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kepada kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu2nya Tuhan yang layak disembah.”
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka.”
Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yang Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.
Akhirnya sampailah kepada satu pertanyaan yang menjadikan para sahabat sedih dan terharu.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dengan manusia.”
Ketika itu semua sahabat diam, dan dalam hati masing2 berkata “Mana ada Rasullullah SAW berhutang dengan kita? Kamilah yang banyak berhutang kepada Rasulullah”.
Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.
Tiba2 bangun seorang lelaki yang bernama *UKASYAH,* seorang sahabat *mantan preman* sebelum masuk Islam, dia berkata:
“Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa”.
Rasulullah SAW berkata: “Sampaikanlah wahai Ukasyah”.
Maka Ukasyah pun mulai bercerita: “Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, satu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cambuk ke belakang kuda. Tetapi cambuk tersebut tidak kena pada belakang kuda, tapi justru terkena pada dadaku, karena ketika itu aku berdiri di belakang kuda yang engkau tunggangi wahai Rasulullah”.
Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata: “Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang sama.”
Dengan suara yang agak tinggi, Ukasyah berkata: “Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah.”
Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan demikian.
Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak marah pada Ukasyah. “Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah, bukankah Baginda sedang sakit..!?”
Ukasyah tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk di rumah anaknya Fatimah.
Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah, kemudian Fatimah bertanya: “Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?”
Bilal menjawab dengan nada sedih: “Cambuk ini akan digunakan Ukasyah untuk memukul Rasulullah”
Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata: “Kenapa Ukasyah hendak pukul ayahku Rasulullah? Ayahku sedang sakit, kalau mau mukul, pukullah aku anaknya”.
Bilal menjawab: “Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua”.
Bilal membawa cambuk tersebut ke Masjid lalu diberikan kepada Ukasyah. Setelah mengambil cambuk, Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah.
Tiba2 Abu bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata: “Ukasyah..! kalau kamu hendak memukul, pukullah aku. Aku orang yang pertama beriman dengan apa yang Rasulullah SAW sampaikan. Akulah sahabatnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul, maka pukullah aku”.
Rasulullah SAW: “Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah”.
Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian Umar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:
“Ukasyah..! kalau engkau mau mukul, pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya, itu dulu. Sekarang tidak boleh ada seorangpun yang boleh menyakiti Rasulullah Muhammad. Kalau engkau berani menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu mayatku..!.”
Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW: “Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah”.
Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah, tiba2 berdiri Ali bin Abu Talib sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW.
Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata: “Ukasyah, pukullah aku saja. Darah yang sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah”.
Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW: “Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dengan Ukasyah” .
Ukasyah semakin dekat dengan Rasulullah. Tiba2 tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen.
Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah sambil memohon. “Wahai Paman, pukullah kami Paman. Kakek kami sedang sakit, pukullah kami saja wahai Paman. Sesungguhnya kami ini cucu kesayangan Rasulullah, dengan memukul kami sesungguhnya itu sama dengan menyakiti kakek kami, wahai Paman.”
Lalu Rasulullah SAW berkata: “Wahai cucu2 kesayanganku duduklah kalian. Ini urusan Kakek dengan Paman Ukasyah”.
Begitu sampai di tangga mimbar, dengan lantang Ukasyah berkata:
“Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah sini.”
Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta beberapa sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara tegas Ukasyah berkata lagi:
“Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju, Ya Rasulullah”
Para sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah. Tanpa berlama2 dalam keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yang sangat indah, sedang beberapa batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.
Kemudian Rasulullah SAW berkata: “Wahai Ukasyah, segeralah dan janganlah kamu berlebih2an. Nanti Allah akan murka padamu.”
Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW, cambuk di tangannya ia buang jauh2, kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW seerat-eratnya. Sambil menangis sejadi2nya,
Ukasyah berkata: “Ya Rasulullah, ampuni aku, maafkan aku, mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu.
Seumur hidupku aku bercita2 dapat memelukmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka.
Dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah…”
Rasulullah SAW dengan senyum berkata: “Wahai sahabat2ku semua, kalau kalian ingin melihat ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!”
Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat bergantian memeluk Rasulullah SAW.
Meski sudah sering membaca dan mendengar kisah ini berulang-ulang, tetap saja kita menangis.
Semoga tetesan air mata ini membuktikan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW.
"Layang-layang mampu terbang tinggi jika didukung oleh benang yang berkualitas baik. Jika tidak, bisa putus layang-layang terbawa angin entah kemana. Layang-layang membutuhkan benang untuk dia dapat terbang, tanpa benang dia hanya akan terserak diatas tanah dan menjadi sampah.
Benang...
Duhai hati jangan terlalu cepat sendu. Jangan buat tuan mu ini sering mendayu-dayu
Dita kepada Dita
Sudah lama ingin mengupload tulisan ini, namun selalu urung saya lakukan. Entah kenapa, mungkin saya tipikal orang yang banyak menyimpan tulisan di draft atau jika kesal menulis dan selang beberapa lama menghapusnya menjadi penghuni trash.
Belakangan ini saya kembali rajin membuka medsos fesbuk saya, padahal mengisntall aplikasinya saja ngga di hape. Mungkin efek saya ‘pengangguran’ akhir2 ini, jadi saya lebih punya waktu senggang untuk sekedar mengecek timeline dan membaca link berita atau sekedar nonton video lucu kiriman teman2 yang ingin berbagi tawa.
Tapi, ada juga yg membuat saya tergelitik hari ini untuk menulis hal ini, timeline fesbuk saya penuh berita kecelakaan, terus terang saya penasaran dan mengklik gambar2 kejadian tsb, otak saya langsung kepo, ini siapa, dimana, bagaimana kejdiannya, siapa yang salah dan pemikiran2 normal lainnya.. satu yang pasti, walaupun saya membaca dan melihat, dan bertanya2, saya sudah lupa beberapa saat kemudian psristiwa itu. Selesai. Saat informasi menurut otak saya cukup maka saya secara refleks lgs menutup berita tsb.
Kmdan adapula share ttg wajah kematian para teroris bom bali yang ditulis besar2 dengan caption wajah para syuhada, diberita tsb menampilkan foto2 dr amrozi, imam samudra dll saat kematian mereka dalam keadaan tersenyum..
Ssbenarnya ini hal yang lumrah dalam pemberian informasi dijaman serba gadget spt skr, hanya saja kok rasanya nemen dan tega orang yang menyebarkan foto2 kejadian tsb secara vulgar dan meurut saya itu ‘sadis’ untuk keluarga atau kerabat yang membaca.
Jadi bijaklah menshare berita dan gambar2 mengerikan ttg kejadian apapun. Saya hanya membyangkan klu itu saya, bagaimana perasaan keluarga saya nnti, bangga kah kpd saya krn masuk top rate berita?? TENTU SAJA TIDAK!!!! – View on Path.
Harga Diri: Kamu suka sama dia?
Aku: Suka. Banget.
Harga Diri: Lalu, kenapa kamu nggak menunjukkan sama dia bahwa kamu suka?
Aku: Kan udah?
Harga Diri: Itu belum cukup. Kamu belum pernah ngomongin perasaan kamu yang sebenarnya ke dia kan?
Aku: Duh! Aku kan perempuan!
Harga Diri: Terus kenapa?
Aku: Perempuan itu nggak boleh nembak duluan kan?
Harga Diri: Siapa yang nyuruh kamu nembak?
Aku: Jadi gimana dong caranya supaya dia tau perasaanku?
Harga Diri: Bilang bahwa kamu kangen. Bilang bahwa kamu senang ketika bersama dia.
Aku: Tapi aku malu...
Harga Diri: Berarti kamu belum terlalu suka sama dia!
Aku: Aku suka banget sama dia!
Harga Diri: Terus, apa yang menahan kamu untuk nggak ngomong soal perasaan ke dia?
Aku: KAMU!
Harga Diri: Aku? Kenapa aku? Kamu jangan mikirin aku kalau kamu benar-benar suka sama dia.
Aku: Nggak apa-apa memangnya? Kamu nggak keberatan?
Harga Diri: Ya nggaklah! Toh kalian sama-sama belum punya pacar. Toh kamu dikenal sebagai perempuan baik-baik, dan dia juga sepertinya orang baik. Nggak ada salahnya kan, ketika dua orang yang masih sendiri saling suka?
Aku: Iya sih...
Harga Diri: Lain kasusnya, kalau dia atau kamu sudah berpasangan. Atau, kamu hanya kepengin sesuatu yang lain dari dia. Atau, dia hanya kamu jadikan cadangan. Itu baru salah.
Aku: Jadi nggak apa-apa nih, kalau aku bilang kangen sama dia?
Harga Diri: Nggak apa-apa banget! Malah bagus kan?
Aku: Gimana kalau dia jadi merasa terganggu setelahnya dan nggak nyaman?
Harga Diri: Aku percaya dia nggak begitu. Setidaknya, dia jadi bisa mengambil sikap. Juga kamu.
Aku: Aku nggak siap kalau gara-gara ngomongin perasaanku dia jadi menjauh.
Harga Diri: Ya nggak apa-apa juga kan? Kamu jadi nggak membuang-buang waktu.
Aku: Iya juga sih...
Harga Diri: BTW, lain kali jangan nyalahin aku lagi ya!
Aku: Hehe. Nggak kok. Kamu itu penting buat aku, makanya aku memperhitungkan kamu, Harga Diri :)
Harga Diri: Terima kasih untuk itu, tapi ada kalanya kamu nggak usah memusingkan aku, ada kalanya kamu jangan menilai aku terlalu tinggi.
Aku: Baiklah. Terima kasih untuk masukannya, Harga Diri. Tapi kamu yakin dia nggak akan keberatan dengan perasaanku?
Harga Diri: Wah, itu sih bukan urusanku lagi. Kamu harusnya menanyakan hal ini kepada saudaraku, Percaya Diri. Bukannya dia seharusnya ada di dalam dirimu ya?
Manusia secara tidak langsung "bercerita" mengenai tahapan yang sedang dia lalui, rasakan serta berbagai hal untuk berdamai dengan keadaannya saat ini.
Kita sebagai "penonton" tidak wajib/tidak dituntut untuk banyak berkomentar apalagi menganggap hal yang sedang mereka rasakan sbg suatu hal "remeh" karena bisa jadi ujian yang sdg mereka lewati belum diujikan kpd kita.
Karena bisa jadi ujian yang sama akan kita lalui.
Ingin setegar Ibunda Khadijah R.A binti Khuwailid, secerdas Aisyah binti Abu Bakar| Pencari Ridho-Nya dan Pengagum umat terbaikNya Rasullah Muhammad SAW♡ Punya mimpi untuk menjadi orang berguna
242 posts