““They always say time changes things, but you actually have to change them yourself.””
—
“Surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai.”
Kalau pas lagi rajin baca dengan terjemahannya, kalimat di atas dituliskan begitu banyak. Dengan segala kelengkapan yang ada di dalamnya. Buah-buahan, dan segala bentuk keinginan.
Membuat saya berpikir dalam-dalam. Dalam hidup ini, jika gagal di seleksi kerja, bisa mencoba seleksi perusahaan lain. Bisnis bangkrut, masih bisa evaluasi lalu memulai kembali. Skripsi mundur, masih ada semester berikutnya. Tidak dapat tender proyek, masih bisa mengusahakan dari klien lainnya.
Tapi bagaimana jika gagal itu, adalah gagalnya kita menjadi hamba-Nya yang pantas menghuni surga? Gagal yang akan menjadi seakhir-akhir, dan seburuk-buruknya penyesalan. Tidak ada lagi evaluasi, remidi, juga kesempatan ulang. Tidak, tidak ada dari kita yang ingin menuju ke arah sana.
Meski mungkin kita belum menjadi hafidz Quran, belum menjadi penderma seperti Ustman bin Affan, belum menjadi pendakwah yang terbaik seperti zaman Rasulullah dan sahabat. Tapi masih ada kesempatan untuk kita, agar bisa menjadi hamba yang dicintai-Nya, sedekat, dan semampu yang kita bisa. Insyaallah.
Pikirkan lagi dalam-dalam, bagaimana jika kita gagal menjadi penghuni surga?
Danny Dzul Fikri - Penghujung Ramadan 2019
SubhanAllah :) semoga bisa seperti ini juga ya Allah . . .
Ketika Hati Harus Memilih adalah Film pendek kedua dari serial Assalamualaikum Sally, lanjutan film pendek Jodoh Pasti Bertamu.
Menceritakan perjuangan Sally meraih cintanya, melatih keikhlasan dan kepasrahan cintanya pada Sang Maha Pemilik hati. Bahwa ketika kita jatuh cinta, serahkan pada yang punya hatinya, kejar cintaNYA sebelum cintanya. Sekuat apapun kita menjaga seseorang, kalau kata Allah bukan maka bukan ia jodohnya.
© Medan, 30 Agustus 2015
Hi Dita di tahun 2022 💕
MashaAllah, Allah punya rencana paling baik yaa Dit. Tahun ini Didit sudah menjadi Dosen Tetap di salah satu PT Swasta di Jambi, mimpi Didit satu per satu sudah Allah lihatkan ya Dit.
Didit juga sekarang syrah jadi mahasiswa akhir Doktoral Dit, Didit tau dimana? IPB University Dit, kampus di Pulau Jawa yg pernah didit idamkan.
Didit sudah menikah, berjodoh dengan lelaki yg sabarnya se luas samudera utk Didit. Selalu menjadi Garda terdepan buat Didit dalam hal apapun.
Adik-adik Didit sudah beranjak remaja-dewasa. Mama Alhamdulillah sehat Dit.
Didit,
Selalu bersyukur ya atas nikmat Allah yang sudah banyaaak diberikan ke Didit, jangan fokus dg hal hal yang masih Allah tangguhkan buat didit. Didit berusaha, disiplin, perbaiki diri, ibadah jangan kendor Dit. I Love You 🥺
We crave your time. We crave you in the quiet of a Sunday afternoon, in the thunder of a Thursday storm. We don’t need much, just bring us your heart, pinned to your sleeve. Just bring us your mind, cupped within your palms. Bring us your closeness, your unhinged ribcage, your dreams and your aspirations. Bring us the key to the world you hold within you, and we will explore it. We will always explore it. We crave your understanding. We crave the ability to be who we are — the over thinking, daydreaming, messy hearted human beings who have the loudest worlds tucked beneath their skin. We crave acceptance — your arms around us when we need to leave the party, a smile on your face as we walk towards the exit, a nudge that says “It’s okay to be drained. It’s okay.” We crave your patience. We crave time — time to figure out the feelings that jump and leap and shout inside us. We tread so deeply, we sometimes drown. Love overstimulates us, it plants seeds in our lungs and sometimes it gets hard to breathe. We crave permission to pluck the weeds from within our chests, we crave permission to learn how to wade in our depths, until we know how to swim. We crave your confidence in us, in our ability to dig up what we want to express to you. Because we do care, we do; we just want to be sure of ourselves, we just want to be sure of our heart, before we allow someone to make a home within us. We crave your distance. We crave room to stretch our limbs, soft moments where nothing is expected of us. This is how we connect with our softness, this is how we connect with our quiet. When this happens, we crave the ability to be alone without hurting you — without causing you to retreat into your mind; without making you believe that you did something wrong or that we have lost interest. Trust me — if we love you, we love you, but we crave your compassion, your empathy, because moments alone with our hopes and our dreams are just as important as the moments we spend with you. They are our strength. They are our comfort, our fuel, our paradise. But most of all, we crave your knowledge of us. We crave the way you see the small things we do as declarations of our love. See, when we do extroverted things with you, when we come out with you and dance with you and laugh out loud with you, we want you to know what that means. How we love seeing you happy. How it makes it all worth it, even if it makes us weary. And when we invite you into our heads, when we show you our favourite dog eared books or cry in front of you while watching our favourite movie, when we share with you these extensions of who we are, and what shaped the very foundation of our souls, we want you to know what that means. How hard that is for us. How we try for you. How we will always try for you.
@biancasparacino, This Is What Every Introvert Craves In A Relationship on Thought Catalog (via wnq-writers)
Just focus and keep it up ! 🤸♀️ . . . . . . . #doctoralstudentstruggles #magisterstudents #studygram (at Johor Bahru) https://www.instagram.com/p/B0TiigWjTvw_54W_faG-YbEbwOcaS5J6TpOiCM0/?igshid=6wffjrw1l4kw
Mudah mudah saya bisa seperti ini juga Ya Allah, selalu . . Aamin :')
Wudhu, dzikir.. trus.. tidur! Ini oke bgt! Thx mas Anjar utk ilmunya..
“Tidak seorang muslimpun tidur malam dengan berdzikir kepada Allah dan dalam keadaan suci (berwudhu dan berdzikir sebelum tidur), lalu terbangun pada malam hari dan berdoa kepada Allah memohon kebaikan dunia dan akherat, melainkan Allah akan memberikan kepadanya apa yang dipintanya itu” (HR. Abu Dawud dan Ahmad, serta dishahihkan oleh Al-Albani). – View on Path.
Tak perlu menunggu kompetisi hifdzhil quran untuk merapikan hafalan, tak perlu menunggu ujian sanad Al-Qur'an untuk memastikan terjaganya hafalan, cukup tanyakan pada hati, seandainya minggu depan atau esok hari kita mati, tidakkah bersedih hati saat menghadap Allah dalam keadaan hafalan Al-Qur'an yang dahulu pernah begitu lekatnya kini tak banyak terjaga dan tak banyak membekas di hati?
©Quraners (via quraners)
Banyak hal yang ingin aku lakukan saat ini. Banyak hal yang wajib aku kerjakan saat ini. Tetapi aku adalah manusia yang terkadang lalai, tidak fokus kepada tujuan ku . Aku ingin keluar dari kondisi ini. Ingin segera melangkah walaupun hatiku sedang terluka parah. Semoga langkah awal yang berat ini nantinya diringakanNya. Semoga pikiran ini selalu positif, meskipun jalan di depan terlihat berat dan penuh tanjakan. Karena aku telah berjanji akan memberikan kebanggaan bagi kluargaku, semoga tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat kelak . Aamiin. . Ya Allah bantu aku.
Jaga dirimu Nak,
Ayo coba sini :)))
Ingin setegar Ibunda Khadijah R.A binti Khuwailid, secerdas Aisyah binti Abu Bakar| Pencari Ridho-Nya dan Pengagum umat terbaikNya Rasullah Muhammad SAW♡ Punya mimpi untuk menjadi orang berguna
242 posts